Assalamualaikum …

Readers, saya mau bercerita 😀

nah, tepatnya tanggal 18 oktober 2014 lalu, saya melakukan baksos di desa mayang [masih dalam lingkup jember]. Dan ini lah baksos pertama saya *hehehe

Saya bersyukur sekali bisa mengikuti baksos Asy Syifa yang diadakan oleh IMSAC [suatu UKM agama islam di FK universitas Jember] ini. Rasanya menyenangkan dan penuh pengalam baru.

Sebelum hari H, kami diberikan tentir mengenai resep obat, sirkumsisi, dan pengukuran tanda-tanda vital.

Dari materi tersebut, yang paling saya sukai adalah materi tentang sirkumsisi. Ini adalah kali pertama saya belajar tentang sirkumsisi. Kami diberi tahu dan praktek mengenai cara pemotongan dan penjahitan saat sirkumsisi *meskipun hanya dengan manekin tapi seru loh 🙂

Nah, di saat hari H tepatnya di hari sabtu. Kami yang mengikuti baksos berangkat dari kampus sekitar pukul setengah 7 dan sampai di desa Mayang sekitar pukul 07.30. Perjalanannya cukup jauh dan menanjak-najak gitu – ada di pelosok Jember *apalagi ditempuh dengan bersepeda motor – hooa, tapi readers, hal tersebut tidak meruntuhkan semangat kami, pemandangan di sepanjang kanan kiri jalan sugguh membuat saya terkagum-kagum akan ciptaan Allah hal itu membuat kami merasa tidak lelah. Betapa kuasanya Allah, betapa hebatnya Allah, alam ini penuh dengan keindahan.

page

Setelah sampai di desa Mayang yang indah dan tentram serta menyejukkan mata, hati dan pikiran, ada lagi yang membuat kami serasa terkagum-kagum. Masyarakat di sana sangat baik sekali, mereka menyambut kami dengan suka cita, ada juga suatu pertunjukan drum band oleh adik-adik yang kira-kira masih TK dan SD. Peminat masyarakat untuk mengikuti acara baksos ini pun cukup banyak. Adik-adik yang sirkumsisi ada sekitar 30-an dan untuk yang pengobatan gratis ada sekitar 70-an.

Nah readers, acara baksos ini menyenangkan kenapa? karena selain kita bisa membantu dan menolong masyarakat di sana, saya pun dapat melakukan anamnesis dengan pasien sungguhan *hehehe … saat itulah saya pertama kali melakukan anamnesis pada pasein sungguhan – bukan sejawat yang berperan menjadi pasien seperti yang biasa dilakukan saat latihan skill lab 😀

Namun sayang, anamnesis saya kurang, masih dibantu dengan kakak tingkat saya. Karena kenapa? karena pasiennya memakai bahasa madura, sedangkan saya belum bisa berbahasa madura. *karena itulah, saat ini saya berniat sedikit demi sedikit akan mempelajari bahasa madura yang dominan di pakai di kota Jember

Selain anamnesis. Saya juga bisa melihat secara langsung dan membantu sedikit dalam sirkumsisi *saya membantu hanya sebatas mengunting benang dan menjadi runner – hehehe – namanya juga pemula. Dalam hal menjait sebenarnnya saat tentir sudah diajarkan. Namun, kami sebagai angkatan pertama yang baru pertama kali dalam lingkup tersebut tidak diijinkan dahulu melakukan penjahitan – takutnya salah – kan bahaya . Mungkin di semester berikutnya boleh 😀

Nah kawan, sekian cerita saya hari ini. Terima kasih 🙂

Share This