Kita sedang menjalani maraton, bukan sedang melakukan sprint ….. quot ini mungkin pas kita pakai dalam kita menjani hari hari dalam wabah COVID-19 ini . Dengan Karakter masyarakat Indonesia, kondisi alam dan banyak faktor faktor yang ada para ahli menprediksi secara epidemologi bahwa pandemi ini akan berlajan dala waktu yang cukup lama.  Oleh karenanya perumpamaan lari maka kita sedang melakukan marathon bukan sprint, kita membutuhkan nafas panjang, bukan menghabiskan dan mengeluarkan semua potensi untuk dapat melaju sekencang kencangnya menuju garis finish. Beberapa catatan ringan untuk memilih strategi penanggulangan bencana yang mengambarkan persiapan bekal untuk perjalanan panjang  sehingga strategi menhemat mungkin baik di pilih dari pada full power namun berpotensi kehabisan tenaga. 

  1. Memilih sabun dari pada hand sanitizer 

Sabun merupakan bahan yang sangat akrab dengan kita, barang ini merupakan barang yang mudah didapat dimana mana. Harga yang murah dan ketersediaan yang cukup tentu menjadi karaker Sabun. sementara di pandang sari sisi efektifitasnya sabun dan air mengalir merupakan yang paling direkomendasikan oleh WHO . Berbekal sabun, menyediakan sabun dan mengajurkan sabun adalah bentuk yang sesui untuk perjalan panjang. Orang tidak tertarik untuk memborong sabun sabun juga tidak tertarik untuk menimbunnya karena sabun ada dan bersama masyarakat 

2. Mengepel dan mengelap  dari pada  semprot masal 

Semangat yang membara dan partisipasi masyarakat memang luar biasa . Perlawanan dengan vius benda tak takmpak ini menjadi penggerak yang luar biasa,namun kadang kita sedikit bergesar dari tujuanna, kita kadang membayangkan virus itu seperti nyamuk yang beterbangan di udara atau bersembunyi di semak semak atau menempel di  tempat tempat kotor sehingga yang kita lakkan adalah menyemrot  cairan disinfektan ke udara, ke tanah tanah dan juga ke semak semak, bahkan semprotan di arahkan ke gorong gorong dan kita bersorak riang ketika terlihat asap sudah mengepul di ujung gorong gorong kita merasa sang musuh tak terlihat sudah sirna bersama kepul asapnya. namun kalau melihat virus ini ada di droplet, percikan ludah penderita atau pembawanya yang tak akan jauh dari lingkungan manusia, justru tempat tempat yang banyak dlewati orang  lantai  tempat yang banyak di sentuh seperti gagang pintu , tombol lift, railing tangga dan sejenisnya meupakan tempat bersemayan jazad renik yang sedang menjadi trending topic dunia ini. sehingga langkah yang diharapkan lebih efektif adalah mengepel lantai, menghemat disinfekta dengan hanya dunakana untuk mengelap bagian bagian kecil tersebut, sehingga kita punya cadangan disinfektan untuk jangka panajng dibandingkan dengan menghambur hamburkannya di selokan dan kebun kebun tak berdosa. 

3. Pakai masker dan cuci tangan teratur dibanding bilik disinfektan 

Droplet,, benda  cair kecil yang membawa virus adalah benda yang akan jatuh tak jauh dari tuanya , 1-2 meter adalah jarak jangkau jelajahnya sehingga pencegahan utamanya adalah menutup tempat droplet itu dikeluarkan dengan cara menggunakan dan melepaskannya dengna cara yang baik dan benar. Masker yang digunakan pun tidak harus masker medis karena masker medis jumlahnya terbatas maka biarkan petugas medis ( sesuia namanua masker medis) yang memakainya bagi masyarakat masker home mad dengan bahan kain cotton dan dibuat lapis dua , dipakai tidak bergantian, diganti tiap 6 jam , di cuci dengan sabun  di jemus dan seterika dengn baik adalah bentuk perbekalan yang tak akan habis dan kelangkaan. 

cuci tangan  6 lankah dengan benar , tepung selaci ibu suri , sudah sangat memadai untuk membuang droplet dari tangan kita , sebelum makan sebelum masak sebelum masuk rumah dsb adalah saat saat penting melakukannya. kita tidak perlu mandi dengan disinfektan di bilik bilik chamber toh pungung kita mngkin tidak tersentuh oleh percikan ludah kita . belum lagi kekhawatiran salah bahan dan salah dosis obat yang di pakai untuk menyemprot bisa menimbulkan bahaya . yang penting lagi adalah keberlanjutan dari prosesnya. kita bisa melakukan cuci tangan secara rutin kini dan seterusnya namun sulit mempertahankan melakukan semprot di bilik disinfektan untuk jangka lama . 

4. Mengurung OTG atau membiarkan memantau kesehatannya 

Semangat mengeluarkan segala kemampuan kita kadang mendorong kita ingin melakukan lebih dari yang di butuhkan, menambahkan apa yang cukup dilakukan, menerapkan jauh di atas standart yang di anjurkan. Panduan penangann COVID-19 yang sudah di keluarkan oleh kementrian menuliskan bahwa untuk OTG yang tanpa gejala hanya perlu monitor diiri dan dilakukan di rumah. Tentu usaha untuk mengumpulkan di fasilitas umum memantaunya secara reguler bisa diharapkan menjadikan lebih terpantau namun sampai kapan dan seberapa kekuatan kita bisa menjalankannya kalau jumlah pergerakan masyarakat bertambah banyak kemampuan menampung terlampai oleh jumlah yang harus dilayani maka mungkin kita perlu menghitung ulang karena perjalana kita panjang . dan bukankan mengikuti pedoman sudah dicukupkan , Kita jaga energi yang ada agar kita tetap berjaga

Perjalanan kita akan panjang akankan kita habiskan bekal kita di awal perjalanan dan setelahnya kita akan berjalan tanpa bekal, bertarung tanpa senjata dan berlari tanpa napas, mari kita renungi  semoga covid-19 segera berahir dan kita bisa kembali hidup normal lagi .

 

Share This