Bisa diceritakan sedikit tentang perjalanan akademik dan profesional Anda sejak lulus dari FK UNEJ hingga akhirnya diterima di Harvard Medical School?
Semenjak pengumuman kelulusan UKMPPD pada Maret 2023, saya langsung bergegas untuk mencari kesempatan melakukan magang atau asistensi penelitian di sebuah institusi riset. Sejak sebelum lulus, saya sudah menargetkan beberapa institusi riset untuk saya dapat belajar penelitian lebih lagi. Pasca sumpah dokter di April 2023, saya mendapatkan kesempatan berharga untuk diterima menjadi asisten penelitian di Departemen Clinical Epidemiology and Evidence-based Medicine (CEEBM) Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) untuk mengerjakan suatu proyek Kementrian Kesehatan yang bernama National Health Technology Assessment (HTA) di bawah bimbingan Prof. Dr. dr. Siti Setiati, M.Epid, Sp. PD-KGer, FINASIM. CEEBM RSCM merupakan suatu Departemen yang terafiliasi dengan Cochrane Indonesia (Organisasi yang bergerak di bidang Evidence-based Medicine (EBM)). Perjalanan saya bersama CEEBM RSCM membentuk suatu bekal yang kuat untuk saya terus mendalami keilmuan EBM ini hingga akhirnya saya mendaftar suatu program mentoring yang diselenggarakan oleh Cochrane United States of America. Sejak Oktober 2023, saya menjadi bagian dari Cochrane USA sebagai mentee hingga saat ini menjadi collaborator.

Saya menjalani Program Internship Dokter Indonesia (PIDI) di kota Mojokerto sejak Agustus 2023-Agustus 2024. Selama menjalani internship dokter, saya tetap berkolaborasi riset bersama dengan Cochrane US dan CEEBM RSCM.

Pasca kelulusan dari PIDI pada Agustus 2024, saya memilih jalan untuk tidak berpraktek sebagai seorang klinisi melainkan tetap berfokus pada pengembangan diri di dunia riset kedokteran. Pada tahun 2024 saya kembali mengasah minat saya di dunia kedokteran molekuler sehingga saya turut tergabung dalam Indonesia Institute for Clinical Research and Scientific Exploration, sebuah institusi penelitian klinis, sebagai clinical research associate bersamaan dengan tergabungnya saya sebagai research assistant di RS UNAIR dan Institute of Tropical Disease UNAIR hingga saat ini.

Pada akhir tahun 2024, saya memutuskan untuk mendaftar studi lanjut di Harvard Medical School di program Master of Medical Sciences (MMSc) in Clinical Investigation (Translational Investigation Track).

Apa motivasi utama Anda dalam mengejar pendidikan lebih lanjut hingga ke Harvard?
Saya merasa terpanggil untuk berkontribusi di dunia penelitian kedokteran. Saya merasa ada hal penting yang harus saya kerjakan di hidup saya sebagai seorang Physician-Scientist (Dokter Peneliti) di Indonesia. Latar belakang keilmuan saya di bidang EBM dan minat kuat saya di bidang kedokteran molekuler, secara spesifik, di bidang Imunologi-Infeksi, membuat saya ingin mendalami ilmu Translational Medicine. Translational Medicine adalah sebuah cabang ilmu kedokteran yang berperan dalam membawa temuan riset laboratorium hingga ke uji klinis terlebih lagi ke pedoman praktek klinis (istilahnya “Bench-to-Bedside”). Selain itu Translational medicine juga bermakna melakukan sebuah investigasi fenomena klinis dan mencari jawabannya di level molekuler (istilahnya “Bedside-to-Bench”). Saya merasa Translational Medicine ini merupakan intersection dari 2 keilmuan yang selama ini saya dalami yaitu EBM dan Molecular Medicine, oleh karena setiap langkah translasi (in vitro, in vivo, uji klinis, dst) memerlukan peran EBM di dalamnya.
Saya merasa Indonesia sangat membutuhkan kepakaran ini yang secara bersamaan sejalan dengan pillar transformasi kesehatan ke-6.

Saya memilih Harvard untuk mendalami bidang ini oleh karena beberapa alasan:

  • Harvard Medical School adalah Fakultas Kedokteran terbaik no.1 di dunia saat ini serta banyak World class researcher yang telah lahir dari Kampus ini, termasuk banyak sekali peraih hadiah Nobel Kedokteran seperti Prof. Gary Ruvkun yang baru saja mendapat hadiah Nobel Physiology or Medicine tahun 2024 (Beliau salah satu staff pengajar di Harvard Medical School di bidang Biologi Molekuler).
  • Harvard University juga merupakan kampus terbaik untuk bidang keilmuan Translational Medicine.
  • Program Master yang saya ambil ini memiliki afiliasi dengan 13 Rumah Sakit dan Institusi riset kelas dunia di Boston, Massachusetts, Amerika termasuk Massachussetts General Hospital, Ragon Institute, Broad Insitute, dan lain-lainnya. Institusi-institusi ini memiliki laboratorium imunologi-infeksi yang memiliki fokus/topik riset yang sedang saya dalami di instusi tempat saya bekerja saat ini, yaitu terkait Biomarker Discovery.
  • Ikatan mahasiswa dan alumni Harvard University juga sangat kuat sehingga besar kemungkinan untuk setiap mahasiswa berkoneksi dengan orang-orang hebat di dalam lingkungan ini baik secara global ataupun nasional.
  • Mentor saya di Cochrane USA sebelumnya juga merupakan research affiliate di Harvard Medical School dan Brigham and Women’s Hospital. Beliau sangat mendorong saya untuk melanjutkan langkah di lingkungan ini oleh karena minat dan pengalaman saya yang menurutnya sangat linear dengan apa yang sedang Harvard lakukan.

Bersambung…

 

Penulis: AKR