Apa tantangan terbesar yang Anda hadapi selama perjalanan akademik dan profesional Anda?
Tantangan terbesar selama Pendidikan di FK UNEJ:
Saya adalah mahasiswa FK UNEJ angkatan 2016 (LIGAMEN), saya merasa stigma “ambisius” dengan konotasi negative pada 9-10 tahun lalu masih cukup kental, oleh karena banyaknya kegiatan/kepanitiaan “wajib” yang perlu diikuti kala itu sehingga seolah “keseragaman” adalah hal yang biasa dan menjadi “berbeda” memiliki tantangan tersendiri.
Tantangan terbesar kedua kala itu adalah sulitnya dan terbatasnya informasi untuk mendapatkan akses berkoneksi dengan lingkungan di luar FK UNEJ, terlebih lagi di luar UNEJ, terlebih lagi di luar Indonesia oleh karena rutinitas kepanitiaan yang begitu banyak yang menyertai tanggung jawab pendidikan (ujian, tutorial, dll). Oleh karena itu, pada tahun 2017 saya mencoba untuk membawa “hal baru” untuk FK UNEJ yaitu sebuah organisasi mahasiswa kedokteran yang bergerak secara akademik dan sosial yang berafiliasi secara internasional, Bernama Asian Medical Students’ Association (AMSA). Namun layaknya sebuah air tenang di kolam yang diberi ikan baru, gelombang dan guncanganpun tidak terelakkan. Gelombang penolakan inilah yang kerap kali menjadi salah satu factor yang menyebabkan dampak terhadap performa akademik saya sewaktu S1 lalu.
Tantangan terbesar di dunia professional:
Sebagai seorang dokter di Indonesia, sulit rasanya untuk mencari kesempatan mendalami dunia riset terkhusus di bidang riset kedokteran molekuler. Kala itu, hampir tidak ada lowongan magang ataupun pekerjaan di institusi/lab yang membutuhkan kualifikasi seorang dokter. Saya mengajukan lamaran di berbagai institusi riset sejak saya masih di tahap menunggu pengumuman UKMPPD. Banyak penolakan yang saya terima hingga akhirnya saya diterima di CEEBM RSCM (untuk mengerjakan penelitian non-lab).
Banyaknya asumsi dari orang awam terkait pekerjaan saya saat ini yang tidak sejalan dengan “definisi” profesi dokter pada umumnya. Oleh karena itu, seringkali saya perlu menjelaskan berulang kali kepada beberapa orang bahwa dokter dapat berkontribusi di dunia kesehatan melalui banyak cara, bisa dengan menjadi klinisi di RS atau klinik atau puskesmas, ataupun dengan menjadi peneliti.

Bagaimana pengalaman belajar di FK UNEJ membentuk Anda hingga bisa mencapai titik ini?
Pengalaman belajar di FK UNEJ sangat membentuk saya hingga saat ini. Saya merasa seluruh elemen FK UNEJ sangat mendukung saya untuk bertumbuh sebagai seorang dokter yang seutuhnya. Berbagai kesempatan yang diberikan FK UNEJ kepada saya untuk meraih mimpi sangat nyata, terlihat dari dukungan yang tidak pernah berhenti untuk saya dapat mengikuti kompetisi atau konferensi ilmiah di tingkat nasional dan internasional.

Apakah ada momen tertentu di FK UNEJ yang sangat berkesan atau berkontribusi dalam membentuk karier Anda?
Terdapat 2 momen besar di FK UNEJ yang membawa saya hingga di titik ini.
Saya berkesempatan untuk aktif di organisasi Asian Medical Students’ Association (AMSA) sejak tahun 2017 baik di tingkat local, nasional, hingga internasional. Koneksi yang terbentuk melalui keikutsertaan dan keaktifan saya di AMSA membuka berbagai pintu kesempatan untuk saya dapat mendalami dunia penelitian. Melalui AMSA saya dapat mendapatkan akses menjadi pengurus Aliansi Organisasi Mahasiswa Kesehatan Indonesia (AOMKI). Oleh karena proses ini, saya mendapatkan kesempatan untuk magang di Indonesian Medical Education and Research Institute (IMERI) FK UI di departemen Medical Education bersama Prof. dr. Ardi Findyartini, Ph.D di tahun 2020. Saya juga mendapatkan berbagai kesempatan dan koneksi lain di level nasional dan internasional oleh karena peran AMSA. Selain itu, melalui AMSA, saya bisa turut berkontribusi membuka kesempatan dan lapangan prestasi bagi rekan-rekan dan adik-adik mahasiswa FK UNEJ. Namun tentunya hal ini memiliki tantangan tersendiri dalam proses inisiasinya.
Saya berkesempatan untuk mengikuti magang penelitian di Institute of Tropical Medicine di Tubingen Unviersity, Jerman pada tahun 2022 dengan beasiswa DAAD. Pengalaman ini sangat berkontribusi dalam jenjang karir saya terlebih dalam proses aplikasi saya ke Harvard Medical School. Pengalaman penelitian genomic di bidang infeksi di Tuebingen sangat menunjang linearitas keilmuan yang selama ini saya dalami. Knowledge dan skill yang saya dapatkan di proses magang ini terkait genetic sequencing serta analisis bioinformatika sangat selaras dengan fokus penelitian yang saya akan kerjakan di Harvard Medical School.

Bagaimana Anda mempersiapkan diri untuk bisa diterima di Harvard Medical School?
Secara tidak langsung persiapan untuk dapat diterima di HMS sudah dimulai sejak saya duduk di bangku semester 1 di FK UNEJ melalui keikutsertaan saya di berbagai event perlombaan ilmiah, konferensi, dan organisasi. Linearitas saya dalam mendalami suatu bidang yakni imunologi-infeksi selama saya mengikuti berbagai perlombaan ilmiah juga mungkin turut berkontribusi. Selain itu, saya juga terbiasa untuk membaca, menulis, dan mendengarkan materi-materi pembelajaran dalam versi Bahasa Inggris.
Namun, secara langsung, saya mulai serius menyiapkan berkas aplikasi ke Harvard Medical School sejak kelulusan UKMPPD saya di Maret 2023. Saya memulai dengan belajar IELTS-TOEFL iBT dan Graduate Record Examination/GRE (sebuah tes standardisasi untuk mendaftar program master di beberapa Universitas di USA). Di saat yang bersamaan, saya juga mulai menulis kisah-kisah menarik di perjalanan Pendidikan kedokteran saya untuk nantinya saya dapat tuangkan dalam personal statement (sebuah berkas pendaftaran yang berisi cerita/esai tentang mengapa memilih jurusan ini di universitas pilihan).
Oleh karena jurusan saya di Harvard ini sangat amat research-based, sehingga saya memulai untuk konsisten dalam menulis karya ilmiah yang saya publikasikan dalam jurnal bereputasi serta menulis buku. Saya juga kerap kali mencoba aktif mengikuti pelatihan, workshop, dan seminar terkait metodologi penelitian, statistic, serta imunologi-infeksi. Hal ini bahkan saya terus konsisten lakukan hingga saat ini.

Baca juga bagian 1:
Membanggakan! dr. Yehuda, Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Jember, Diterima di Harvard Medical School (Bagian 1)

Bersambung…

Penulis: AKR