Bisa dijelaskan bagaimana proses seleksi masuk Harvard Medical School dan bagaimana Anda menghadapinya?
Proses seleksi masuk untuk graduate program di Harvard Medical School sangatlah beragam bergantung pada jurusan yang ingin dipilih. Saya mendaftar di 2 program di Harvard Medical School yakni Master of Medical Sciences (MMSc) in Clinical Investigation (Translational Investigation Track) dan Master of Science (MSc) in Clinical Research. Kedua program ini kebetulan memiliki berkas pendaftaran yang mirip yaitu meliputi Research interest statement, Research experiences documents, Research training list, Research output, Recommendation letters, Research Proposal sample, Standardization test (TOEFL iBT/IELTS & GRE-optional), Curriculum vitae, dan Transcript Pendidikan S1-Profesi. Setelah proses submisi segala berkas ini, pihak admission team akan melakukan seleksi. Hanya beberapa pendaftar yang akan dipanggil untuk interview dengan program directors dan admission team.
Tahap berikutnya adalah interview, proses seleksi ini dapat dibilang sangat menegangkan, oleh karena saya waktu itu diwawancara oleh 5 orang dimana 4 diantaranya adalah world class researchers dan 1 orang merupakan ketua tim admission. Selain wawancara terkait prior knowledge di statistic dan metodologi, saya juga sempat ditanya pengalaman riset sebelumnya serta mengapa mendalami bidang imunologi-infeksi.
Apa yang menurut Anda menjadi faktor kunci yang membuat Anda berhasil diterima?
Saya sangat yakin bahwa menjadi sedikit lebih berbeda lebih baik daripada menjadi sedikit lebih baik. Dari ribuan atau lebih pendaftar, tentunya Harvard akan menerima mahasiwa yang memiliki authenticity. Dari ribuan pendaftar itu, tentunya banyak (sekali) yang IPK sempurna, organisasi-volunteering beranekaragam, dll namun apa yang menjadikan berbeda? Menurut saya, salah satu factor kunci yang membuat saya berhasil diterima Harvard adalah perjalanan riset saya yang cukup komprehensif dari bioinformatika, laboratorium molekuler, penelitian klinis-epidemiologis, systematic review, meta-analysis, hingga guideline development serta health technology assessment yang sangatlah selaras dengan bidang Translational Medicine.
Saya juga tidak memiliki IPK yang sempurna (IPK S1 3.30, IPK profesi 3.68). Terlebih lagi saya memiliki nilai “C” di beberapa mata kuliah termasuk mata kuliah metodologi penelitian (yang mana ini krusial terhadap proses aplikasi saya ke Harvard Medical School). Hal ini membuat saya bisa yakin untuk mematahkan pandangan bahwa untuk masuk ke World’s top school, pendaftar memerlukan nilai akademik sempurna.
Bagaimana perbedaan sistem pendidikan kedokteran di Indonesia dan di Harvard yang Anda rasakan sejauh ini?
Sejauh ini saya belum merasakah perkuliahan di Harvard sehingga saya tidak bisa berbicara banyak terkait hal ini.
Apa bidang atau fokus studi yang sedang Anda tekuni di Harvard?
Bidang fokus studi saya adalah Translational Medicine, Evidence-based Medicine, Immunology and Infectious Disease
Apa pesan Anda untuk mahasiswa FK UNEJ yang bercita-cita melanjutkan studi ke luar negeri, khususnya ke universitas top dunia?
Be genuine, authenticity is a key
Having a grit mindset (passion and perseverance for a long-term goal): Tentunya untuk mengetahui passion di bidang tertentu, perlu adanya usaha eksplorasi. Do not be worried if you are still not passionate about anything yet, but be worried if you don’t do anything to find one.
Dare to build broad connections: Sadari bahwa diri kita valuable sehingga kita berani untuk membangun koneksi. Harus berani berkoneksi secara nasional dan internasional. Melalui koneksi-koneksi ini, wawasan kita akan semakin luas dan kesempatan akan lebih mudah datang. Keberhasilan terjadi ketika kesempatan bertemu dengan kesiapan. Opportunity doesn’t knock twice!
Stop seeing failure as a bad thing: Seringkali hal yang melimitasi diri untuk berani menembus batas atas ketakutan akan kegagalan, padahal kegagalan adalah hal biasa dan pasti akan terjadi. Jadi, berani dan coba saja.
Believe the power of visualization: Jangan takut untuk berandai dan bermimpi tinggi. Jangan pula takut berbicara terkait mimpi/goals dengan orang lain. Dengan melakukan ini, secara tidak langsung kita memberi energi kepada mimpi kita untuk bisa terwujud.
Menurut Anda, apa keunggulan lulusan FK UNEJ yang bisa menjadi daya saing di kancah internasional?
Keunggulan yang sangat jelas dimiliki oleh alumni FK UNEJ adalah resiliensi yang kuat. Proses Pendidikan kedokteran di FK UNEJ dapat terbilang cukup berat terkhusus pada fase Pendidikan profesi (koass). Banyak tindakan-tindakan klinis dan pendampingan secara langsung oleh supervisor merupakan sebuah privilege yang luar biasa. Saya merasakan sekali bekal ilmu dan keterampilan yang saya dapatkan dari fase koass sangat memudahkan saya melakukan decision-making selama saya menjadi dokter. Selain itu, ciri khas fokus bidang Agromedis sudah sangat melekat di setiap alumni. Hal ini juga termasuk keunggulan alumni FK UNEJ yang tidak dimiliki oleh lulusan Fakultas Kedokteran lainnya bahkan secara internasional.
Bagaimana cara membangun jejaring atau koneksi untuk memperluas kesempatan akademik dan profesional di luar negeri?
Menurut saya, cara membangun koneksi internasional dapat dilakukan dengan beberapa cara; Meningkatkan value diri sehingga berani dan percaya diri dalam menjalin koneksi, Mengikuti berbagai macam kegiatan akademik/organisasi di level nasional bahkan internasional, Connecting the connections. Di dalam dunia riset, saya seringkali mengalami pengalaman mengenalkan dan dikenalkan sehingga koneksi terbentuk semakin luas dan kuat, Beri energi terhadap koneksi yang telah dibuat. Bangun komunikasi dengan mentor atau kolega melalui email atau platform lain termasuk melakukan usaha untuk berkolaborasi dalam suatu project penelitian atau hal lain.
Setelah lulus dari Harvard, apakah ada rencana untuk kembali ke Indonesia dan berkontribusi di dunia kedokteran tanah air?
Tentu, saya akan tetap berkontribusi untuk Indonesia sebagai seorang physician-scientist dalam keilmuan ini. Indonesia sangat memerlukan banyak dokter yang bergerak dalam dunia penelitian hingga kancah internasional.
Baca juga bagian 2:
Dari Fakultas Kedokteran Universitas Jember ke Harvard: Kisah Perjuangan dr. Yehuda Meraih Mimpi (Bagian 2)
Penulis: AKR