Pondok pesantren (Ponpes) Nurul Qarnain telah menjadi partner kegiatan pengabdian masyarakat (KKN tematik) LP2M Unej sejak tahun 2017. Ponpes yang berlokasi di kecamatan Sukowono ini berjarak ±20km dari pusat kabupaten Jember. Terdapat 32 kamar asrama yang menampung 1415 santri menetap. Yayasan ponpes menyelenggarakan pendidikan formal dan nonformal yang lengkap, mulai PAUD sampai dengan madrasah aliyah dan perguruan tinggi, sehingga jumlah seluruh santri yang melakukan kegiatan di lingkungan ponpes mencapai 1700 orang. Jumlah santri yang banyak ini berpotensi menimbulkan beberapa permasalahan, khususnya di bidang kesehatan. Salah satunya adalah penyakit kutu rambut yang banyak menyerang,terutama santri putri. Penyakit ini menyebabkan rasa gatal yang sangat mengganggu dan dari luka garukan dapat timbul infeksi bernanah. Faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit ini pada santri adalah personal higieneyang kurang baik, meliputi frekuensi cuci rambut jarang, cuci rambut tanpa memakai shampo, memakai sisir, handuk dan jilbab bergantian, tidak memperhatikan kebersihan alas tidur, dan tidur berdempetan.

Permasalahan ini diupayakan dapat teratasi dengan kolaborasi Tim Pengabdian dari Fakultas Kedokteran yang diwakili oleh dr. Ika Rahmawati S., M.Biotech dan dosen Farmasi Unej Viddy Agustian R., M.Sc. Apt. Tim memberikan penyuluhan kesehatan mengenai penyakit-penyakit yang sering menyerang kulit kepala santri, yaitu kutu rambut dan ketombe. Santri juga dilatih untuk membuat sampo secara mandiri.Dengan produksi sampo sendiri ini diharapkan harga sampo yang dihasilkan lebih murah sehingga terjangkau daya beli santri. Kegiatan yang dilaksanakan pada Sabtu 26 Oktober 2019 ini berlangsung lancar dan mendapatkan apresiasi sangat baik dari pengasuh ponpes Nurul Qarnain. Sesi pertama diisi dengan penyuluhan, kemudian dilanjutkan dengan pelatihan membuat sampo dengan bahan aktif asam salisilat. Masing-masing siswa mendapatkan 1 paket alat dan bahan yang telah ditimbang sesuai takaran formulasi sampo. Santri dipandu oleh pemateri untuk mencampurkan bahan sesuai urutan sehingga membentuk adonan kental yang siap dimasukkan dalam kemasan sampo. Diskusi berlangsung hangat, santri tertarik mengembangkan sampo yang diproduksi, tidak terbatas pada sampo antiketombe tetapi juga sampo dengan komposisi bahan tambahan lain, misalnya bahan herbal.

Pada saat pelatihan ini juga diserahkan peralatan yang diperlukan untuk kegiatan selanjutnya yaitu alat cukur, kursi dan rak salon, serta cermin. Alat-alat ini akan dimanfaatkan santri untuk membuka usaha barbershop di lingkungan ponpes. ”Beberapa santri terlambat mencukur rambut dan membiarkan rambutnya menjadi panjang karena tidak ada fasilitas cukur rambut di lingkungan pondok. Tukang cukur terdekat selalu antre dengan tarif yang relatif mahal untuk santri. Kami sangat menanti pelatihan teknik mencukur rambut yang bisa dimanfaatkan santri untuk membuat salon cukur rambut di lingkungan pesantren.Santri yang telah dilatih bisa memotong rambut santri lain dengan biaya murah, maupun menjadi salah satu bekal santri membuka usaha saat sudah lulus dari pondok, “ Ujar KH. Badrut Tamam, S.Pd.I, M.Hi pengasuh pondok pesantren Nurul Qarnain. Sesi terakhir adalah pemberian 60 paket obat kepada santri.Pengobatan tersebut diharapkan dapat mengurangi jumlah santri penderita kutu rambut.(Ika R. Sutejo)