Bulan Agustus 2017 menjadi bulan pertama dilaksanakannya program Imunisasi MR oleh pemerintah secara GRATIS dan wajib diselenggarakan di seluruh Posyandu, Puskesmas, RS Pemerintah dan Sekolah Dasar. Selanjutnya, imunisasi MR masuk dalam jadwal imunisasi rutin dan diberikan pada anak usia 9 bulan, 18 bulan, dan kelas 1 SD atau sederajat, menggantikan Imunisasi Campak. Memanfaatkan momentum tersebut Fakultas Kedokteran dan Fakultas Teknologi Pertanian bekerja sama dengan Posyandu Catleya 21 dan Catleya 91 yang beranggotakan 150 peserta, menyelenggarakan edukasi gizi sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap kelompok rawan pangan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yang berada di lingkar kampus Universitas Jember.
Periode 1000 HPK begitu penting sehingga Bank Dunia menyebutnya sebagai “Window of Oppurtinity”. Maknanya, kesempatan (“opportunity”) dan “sasaran” untuk meningkatkan mutu SDM generasi masa datang ternyata serba sempit (“window”). Kelompok 1000 HPK yaitu kelompok rawan pangan meliputi ibu hamil, ibu menyusui, dan anak dibawah 2 tahun. Indikator spesifik untuk menilai pencapaian intervensi gizi spesifik meliputi perlindungan ibu hamil terhadap kekurangan zat besi, asam folat, dan kekurangan energi dan protein kronis (KEK), perlindungan kecukupan protein terhadap ibu menyusui, perlindungan anak di bawah dua tahun terhadap MP ASI yang mengandung cukup protein dan zat besi, serta penanganan terhadap diare.
Program edukasi gizi ini diselenggarakan sebagai salah satu bentuk pengabdian masyarakat dalam skema Iptek Berbasis Masyarakat, dimana rentetan kegiatan yang ada tidak hanya berbentuk ceramah atau penyuluhan gizi sehat dan seimbang tetapi juga adanya transfer teknologi khususnya teknologi dalam pengolahan pangan untuk kecukupan gizi. Karena terkadang masalah gizi pada 1000 HPK tidak hanya bersumber dari kemampuan ekonomi melainkan dapat disebabkan karena pola asuh atau pun kurangnya informasi tentang gizi. Sehingga para orang tua perlu pandai menyiasati pemberian makanan MP ASI, terutama mengenai pemilihan bahan makanan, pengolahannya agar disukai anak-anak dan yang irit di kantong. Ayam, daging, bahkan kedelai sebagai sumber protein kini tak lagi bisa dikatakan murah. Untuk itu alternatif kacang-kacangan lain mulai dilirik dan mulai digunakan dalam masakan.
Kegiatan yang dilaksanakan di Posyandu Catleya 91 pada tanggal 4 Agustus 2017 dan Posyandu Catleya 21 pada tanggal 16 Agustus 2017 ini sarat akan informasi dan konsultasi mengenai gizi yang tepat bagi masing-masing kelas 1000 HPK. dr. Ancah CNM, Ph.D dan dr. Elly NS, M.Si. bergantian memandu jalannya ceramah dan penyuluhan gizi yang diselingi dengan pemutaran video tentang gizi. Bersamaan dengan itu Bu Nurud D, S.TP., M.P. dibantu asistennya, Bu Ketut, membagikan hasil olahan pangan, brosur dan poster tentang gizi dan teknologi pengolahan pangan berbasis kacang-kacangan. Tak ketinggalan para mahasiswa Fakultas Kedokteran juga turut mendukung program ini. Kegiatan ditutup dengan mendata peserta yang mendaftar untuk pelatihan mengolah pangan berbasis kacang-kacangan pengganti kedelai sebagai rangkaian kegiatan edukasi gizi berikutnya.