Dokter merupakan salah satu unsur penting pelayanan kesehatan. seorang dokter selama hidupnya terus menerus dituntut mampu mendiagnosis secara tepat, memberi terapi dan edukasi secara adekuat pada masyarakat, yang kesemuanya harus selalu berdasarkan pada pedoman dan update ilmu kedokteran terkini, sehingga pendidikan kedokteran dan pelayanan kesehatan dapat senantiasa ditingkatkan. Dalam hal ini Fakultas Kedokteran berangkatkan delegasi pengajar bagian ilmu kesehatan masyarakat dalam symposium Ilmu Kedokteran Anak bertajuk ”2nd Jember Pediatric Update on Science” pada hari ini, Minggu, 08 Desember 2019 bertempat di New Sari Utama Convention Hall, Jember. Tema utama dalam symposium ini adalah “Pentingnya Nutrisi 1000 Hari pertama Kehidupan dalam mencegah Stunting”.
Mungkin tidak semua orang akrab dengan istilah stunting. Padahal, Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), di seluruh dunia, diperkirakan ada 178 juta anak di bawah usia lima tahun pertumbuhannya terhambat karena stunting. Indonesia ada di urutan ke-lima dengan prevalensi anak dengan kondisi stunting, dimana menurut Riskesdas 2013, 37% dari anak Indonesia mengalami stunting. Stunting sendiri adalah istilah umum yang digunakan dalam konteks kesehatan masyarakat untuk menyatakan pertumbuhan linier yang terhambat. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Stunting mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan otak. Selain pertumbuhan terhambat, stunting juga dikaitkan dengan perkembangan otak yang tidak maksimal, yang menyebabkan kemampuan mental dan belajar yang kurang, serta prestasi sekolah yang buruk. Stunting dan kondisi lain terkait kurang gizi, juga dianggap sebagai salah satu faktor risiko diabetes, hipertensi, obesitas dan kematian akibat infeksi. “Bahkan, stunting dan malnutrisi diperkirakan berkontribusi pada berkurangnya 2-3% Produk Domestik Bruto (PDB) setiap tahunnya.” ujar dr. Ahmad Nuri, Sp.A, ketua IDAI cabang Jawa Timur Perwakilan VI.
Sehingga perlu koordinasi multidisiplin ilmu dalam pencegahan stunting dan melibatkan berbagai profesi tenaga kesehatan seperti dokter spesialis anak, dokter umum, bidan, perawat serta ahli gizi. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) cabang Jawa Timur dan fakultas kedokteran Universitas Jember telah berkomitmen untuk berpartisipasi aktif dalam upaya percepatan penurunan angka prevalensi stunting sehingga penurunannya dapat terjadi secara merata di seluruh wilayah Indonesia pada umumnya, dan di Jember pada khususnya. Fokus pencegahan stunting kali ini pada sinkronisasi aspek nutrisi dan tumbuh kembang. Karena besarnya dampak yang ditimbulkan, sudah selayaknya penurunan stunting menjadi program prioritas dari berbagai profesi kesehatan. Diawali dengan diskusi ilmiah ini, diharapkan muncul penelitian terkait pencegahan stunting maupun kolaborasi lintas profesi untuk dampak nyata penurunan prevalensi stunting ini.
Oleh : Adistha EN