Wabah Covid 19 di Wuhan yang terjadi pada tahun 2019 disebabkan oleh Novel Corona Virus telah menjadi fokus di dunia pada saat ini. Angka mortalitas yang meningkat menyebabkan keresahan di masyarakat. Kasus Covid 19 ditemukan pada semua usia, tidak hanya dewasa tetapi juga pada anak. Oleh karena itu, pada hari Jumat, tanggal 8 Mei 2020, Fakultas Kedokteran Universitas Jember membuat Webinar dengan Tema “Waspada Covid-19 pada Anak” dengan narasumber dr. M. Ali Sodiqin, M.Kes., Sp.A.

Corona Virus tidak hanya menyebabkan Covid 19, beberapa tahun yang lalu yang telah terjadi adalah Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV) dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV). Serupa dengan SARS-CoV dan MERS-CoV, Covid 19 juga dapat menyerang anak-anak. Pada Covid 19 prevalensi pada anak lebih sedikit dibandingkan pada usia dewasa dan lansia. Gejala berat juga jarang terjadi, lebih banyak yang sakit ringan dan sedang, Case Fatality Rate (CFR) rendah. Hal diatas kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya host, agent dan environment. Faktor host diantaranya adalah usia, jenis kelamin, hormon, suku, genetik, nutrisi dan sistem imun. Faktor agent diantaranya adalah virulensi dan jumlah virus. Faktor environment adalah suhu, kelembapan, paparan matahari dan kepadatan rumah. Beberapa faktor yang lain yang menyebabkan CFR rendah antara lain,anak jarang keluar rumah sehingga kemungkinan terpapar virus berkurang, komorbid penyakit kronis pada anak lebih sedikit.

Gejala yang muncul pada anak diantaranya demam, malaise, fatigue, myalgia, nyeri kepala, batuk, pilek, nyeri tenggorokan,hidung buntu dan sesak. Faktor resiko diantaranya kontak erat dengan PDP atau Covid 19 terkonfirmasi atau tinggal dan atau bepergian ke negara atau area terjangkit.

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan darah, rapid test, PCR, thorax photo, chest CT Scan. Pemeriksaan darah didapatkan leukosit normal, leukopenia, trombositopenia, CRP normal atau meningkat. Rapid test dapat dilakukan dengan memperhatikan waktu kontak dan timbulnya gejala, perlu dilakukan pemeriksaan ulang untuk mengkonfirmasi diagnosis dan hati-hati dalam menginterpretasi hasil (false positif). PCR dilakukan dengan mengambil sampelfdari swab hidung, tenggorok (naso atau orofaring), sputum, aspirat ETT, broncho alveolar lavage dan serum. Chest x ray didapatkan gambaran pneumonia ringan sampai berat. Chest CT scan dilakukan jika ada indikasi dan kondisi memungkinkan. Interpretasi Covid 19 didasarkan pada hasil PCR, IgM dan IgG.

Alur tatalaksana Covid 19 pada anak berdasarkan IDAI jika telah kontak dengan kasus terkonfirmasi Covid 19 tergantung denga nada tidaknya gejala. Jika tidak ada gejala isolasi dirumah dan swab pada hari ke 1 dan 14, jika anak ada keluhan demam atau ISPA tanpa pneumonia maka dilakukan isolasi di rumah dan swab pada hari ke 1 dan, jika anak dengan pneumonia maka rawat isolasi di rumah sakit dan di swab pada hari ke 1 dan 2. Terapi di rumah sakit berupa terapi suportif, bias dipertimbangkan penggunaan antivirus. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan physical/social distancing, menggunakan masker, cuci tangan teratur, deteksi dini dan isolasi mandiri. Pemateri menyampaikan hati-hati pada penggunaan masker pada anak (2 tahun), dapat menyebabkan sufokasi. Pada ibu hamil dengan Covid 19 maka dipertimbangkan untuk persalinan dengan operasi Caesar, sampai saat ini belum didapatkan penelitian penularan Covid 19 melalui ASI dan plasental. Selama karantina dirumah orang tua diharapkan dapat tetapmemebrikan stimulasi pada anak agar tumbuh kembang anak tetap baik.

Pada sesi tanya jawab, peserta Webinar sangat antusias dalam mengajukan pertanyaan. Latar belakang peserta yang bervariasi menyebabkan diskusi berjalan dengan baik dan variatif.
Akhir kata, mari kita saling bekerja sama agar pandemic ini segera berakhir, stay safe dan stay healthy . Sampai jumpa di sesi Webinar selanjutnya!

ditulis oleh dr. Adelia Handoko,M.Si