Sumber : Dr dr. Ahmad Suryawan, Sp.A(K)

Semua anak beresiko abnormal dalam proses perkembangannya. Tugas kita sebagai tenaga kesehatan adalah mendeteksi sedini mungkin, dan memastikan stimulasi dan nutrisi yang orang tua berikan adalah benar. Ada 3 parameter: berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala. Apabila hasil dari pengamatan dengan tinggi badan/usia di bawah minus 2 disebut stunted (pendek) dan minus 3 disebut severe stunted (sangat pendek) diukur dari standar pertumbuhan anak keluaran WHO yang ada di buku KIA atau KMS. Namun apabila penyebabnya sudah pasti diketahui karena malnutrisi atau infeksi kronis maka disebut stunting. Proses anak untuk mengalami stunting (papaun penyebabnya), secara umum dapat berdampak pada dua kondisi berikut: perawakan pendek, kerusakan struktur dan gangguan fungsi otak, sehingga mengakibatkan gangguan tumbuh kembang jangka panjang, termasuk gangguan kognitif yang permanen. Hasil studi di Indonesia, anak stunting berat memiliki skor IQ lebih rendah secara signifikan dibanding anak stunting ringan-sedang (Webb, 2005). Selain itu, penelitian lain (Christopher, 2015) menyatakan peningkatan kemampuan kognitif anak usia 2 tahun kebawah adalah 0,24, sedangkan diatas 2 tahun adalah 0,09. Sehingga pemberian terapi untuk stunting pada anak sekolah akan berdampak lebih rendah jika dibandingkan pencegahan di 2 tahun pertama kehidupan. Begitu juga angka literasi atau kemampuan baca tulis lebih rendah pada negara-negara yang cakupan ASI eksklusifnya rendah.

Kemudian apakah anak yang terlahir stunting, ketika dia menikah dan memiliki anak akan berkemungkinan stunting? Menurut hasil penelitian Walker SP et al (2015), anak yang terlahir dari kedua orang tua yang stunting, maka: memiliki Tinggi badan/umur yang lebih rendah daripada anak yang terlahir dari orang tua tidak stunting; mempunyai skor perkembangan (developmental quotient (DQ)) lebih rendah dibanding anak dari orang tua tidak stunting; mempunyai skor sub-skala kognitif lebih rendah dibanding anak dari orang tua tidak stunting. Artinya stunting itu menurun ke generasi berikutnya. Cara paling efektif untuk meningkatkan skor perkembangan anak stunting pada usia 24 bulan pertama adalah kombinasi suplementasi nutrisi dan stimulasi. Karena berdasarkan penelitian, ketika anak stanting diberi suplementasi saja, maka skor perkembangannya (DQ) nya naik, namun saat diberikan stimulasi saja, maka DQ anak lebih tinggi lagi perkembangannya, akan tetapi, saat diberikan kombinasi nutrisi dan stimulasi, perkembangannya jauh lebih tinggi. Meskipun perkembangan tidak setinggi anak normal. Karena stunting permanen atu irreversible hingga umur 18 tahun. Tahun 2018 ada Cochrane collaboration mengadakan penelitian dengan pemberian nutrisi saja pada anak stunting menunjukkan tidak ada dampak signifikan terhadap anak stunting tersebut.

Lalu bagaimana? Solusi terbaiknya berikan bukan hanya nutrisi terbaik, berikan ASI hingga 2 tahun, tapi juga stimulasi terbaik, aktifitas fisik yang rutin, cegah dari penyakit dengan melakukan imunisasi lengkap, dan jaga hygiene sanitasi lingkungannya tetap bersih agar tidak mudah terkena penyakit infeksi, dan edukasi. Sehingga ketika dewasa tetap bisa optimal dan bermanfaat.

Oleh : Adistha EN

Share This