Seiring berkembangnya zaman, mahasiswa kedokteran menghadapi semakin banyak tantangan. Salah satu diantaranya akibat perkembangan teknologi yang disebut cybermedicine [1]. Pasien dengan mudahnya mengakses informasi dari internet berdasarkan keluhan yang dialaminya. Maka dari itu seorang dokter harus dapat bertindak secara bijak dalam menanganinya. Adanya professionalism behavior menjadi penting diajarkan dan diterapkan dalam perkuliahan ilmu kedokteran secara eksplisit [2]. Dengan mengedepankan perilaku profesionalisme yang ditunjukkan dengan perkataan, perbuatan dan penampilan, hal ini akan membangun kepercayaan bagi para pasien.

Skill (keterampilan), knowledge (pengetahuan), dan attitude (sikap), adalah tiga kompetensi yang harus dimiliki dan diperhatikan oleh setiap orang. Diantara ketiganya, yang dapat memberi peluang sukses besar dalam dunia kerja adalah attitude yang baik dan sesuai harapan [3]. Saat ini masalah attitude masih menjadi bola panas dalam dunia mahasiswa. Banyak kasus muncul berkaitan tentang attitude mahasiswa baik antar mahasiswa maupun attitude kepada dosennya, seperti tidak izin ketika kuliah, tertidur di kelas, menghubungi dosen dengan tidak sopan, dan masih banyak lagi. Bagaimana attitude yang patut disandang oleh mahasiswa kedokteran kepada dosen, senior, juniornya dan kesejawatnya? Seberapa pentingkah attitude tersebut ? Berikut tim jurnalis SRCR akan mengupasnya lebih dalam.

Attitude adalah bagian penting dari pekerjaan profesional dokter. Fokus utama bagi dokter adalah praktik profesional. Banyak pernyataan bahwa tugas dokter yang sesungguhnya bukanlah mengobati penyakit, melainkan mengobati pasien. Hal ini muncul karena tugas penyembuhan penyakit pasien bisa digantikan oleh robot yang memiliki teknologi canggih untuk bisa mendiagnosis dan menggantikan tata laksana yang dibutuhkan. Sedangkan dokter adalah sosok yang memperhatikan dan mendengarkan keluhan pasien dengan baik, membantu meringankan beban pasien dan secara signifikan dapat membantu proses penyembuhan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya profesi dokter tidak dapat digantikan selama dokter selalu memegang tiga pilar dasar kompetensi yang dibutuhkan, yaitu skill, knowledge dan attitude. Dimana robot canggihpun tidak dapat mengisi kekosongan yang dipenuhi oleh sikap profesionalisme kedokteran.

Menyadari pentingnya hal tersebut, Medical Royal Colleges menerbitkan sebuah guideline berjudul Medical Leadership Competency Framework [4]. Di dalamnya disebutkan poin-poin penting yang seharusnya dimiliki oleh petugas kesehatan, utamanya dokter, yang terdiri dari Demonstrating Personal Qualities, Working with Others, Managing Services, Improving Service dan Setting Directions.

Terkait dengan attitude di FK UNEJ, dr. Supangat,M.Kes.,PhD.,Sp.BA, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Jember pada Senin (06/05) [5] menekankan bahwa secara umum, kesan attitude mahasiswa masih belum mencapai standar. Padahal penerapan tata krama yang baik sudah disampaikan semenjak PK2 P2 Maba dahulu. Namun semakin ke sini, tampaknya budaya tata krama yang baik semakin luntur disebabkan oleh ketidakpedulian antar personal dan angkatan. Mahasiswa FK seharusnya menjadi kelompok mahasiswa yang paling solid, dimana senior menyayangi junior, dan junior menghormati senior. “Sejawat seharusnya menjadi saudara kandung. Kakak kelas mengajarkan hal-hal yang baik kepada adiknya, dan adiknya aktif bertanya.” tekan beliau.

“Dalam 10 karakter lulusan UNEJ, di sana tertulis jelas bahwa profesionalisme dalam profesi merupakan karakter yang penting dan tidak dapat dilepaskan. Dokter adalah pendidikan yang sangat khas, dimana semenjak masuk FK, mahasiswa sudah masuk ke dalam keluarga calon dokter.”

Di Indonesia, seorang dokter harus bersikap sesuai janjinya ketika mengucap sumpah profesi dokter [6]. Dokter bersumpah untuk memberi penghormatan kepada guru dan pernyataan terima kasih yang selayaknya. Dalam dunia kedokteran, hubungan guru dan murid memiliki karakter khusus yaitu adanya hubungan yang berlanjut karena dalam dunia kedokteran terdapat kesejawatan. Selain itu, seorang dokter juga bersumpah untuk memperlakukan sejawatnya selayaknya saudara sendiri.

Universitas Jember juga mendukung adanya pengembangan attitude dikalangan mahasiswa, hal ini seperti yang tercantum dalam buku pedoman akademik mahasiswa Universitas Jember tentang standar kompetensi lulusan UNEJ [7]. Disebutkan bahwa lulusan UNEJ harus memiliki profil diantaranya Berakal budi dan bertanggung jawab; Percaya diri; Komunikator yang efektif; Terbuka dan adaptif terhadap perubahan dan lingkungan kerja; Pekerjasama yang handal; Etis dan sadar lingkungan serta pembelajar reflektif sepanjang hayat. Hal ini mulai ditanamkan ketika proses PK2 dimana mahasiswa baru diajarkan untuk disiplin pada diri. Hal ini juga bertujuan membentuk mahasiswa baru yang sesuai dengan kompetensi lulusan yang diharapkan.

Fakultas Kedokteran Universitas Jember membentuk kebijakan terkait dengan perilaku attitude ini yakni dengan Jumat Prestatif. Kebijakan ini diharapkan dapat menciptakan iklim di lingkungan FK UNEJ yang lebih baik dimana seluruh mahasiswa diwajibkan datang untuk melakukan kegiatan keolahragaan (voli, tennis meja, dsb) dan pengembangan softskill berupa pelatihan bahasa bersama para dosen dan tenaga pendidik lainnya. Dalam jumat prestatif juga mahasiswa diharapkan dapat dekat dengan tenaga pendidik lain sehingga mahasiswa mengerti karakteristik civitas akademika FK UNEJ. Dengan begitu, diharapkan mahasiswa dan civitas bisa saling menghormati dan kultur etika lingkungan FK UNEJ dapat terus terjaga.

Daftar Pustaka

[1] F. Santosa, A. Purwadianto, P. Sidipratomo, P. Pratama and P. Prawiroharjo, “Sikap Etis Dokter pada Pasien yang “Mendiagnosis” Diri Sendiri Menggunakan Informasi Internet pada Era Cyber Medicine,” Jurnal Etika Kedokteran Indonesia, vol. II, no. 2, pp. 53-57, 2018.

[2] BHP UMY, “Perilaku profesionalisme dokter bangun kepercayaan bagi pasien,” Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 29 October 2010. [Online]. Available: http://www.umy.ac.id/perilaku-profesionalisme-dokter-bangun-kepercayaan-bagi-pasien.html. [Accessed 04 05 2019].

[3] BHP UMY, “Attitude Sebagai Kunci Sukses Dalam Bekerja,” 2013. [Online]. Available: http://www.umy.ac.id/attitude-sebagai-kunci-sukses-dalam-bekerja-2.html. [Accessed 3 Mei 2019].

[4] Medical Royal Collages, Medical Leadership Competency Framework, Coventry: NHS institute for Innovation and Improvement, 2010.

[5] Supangat, Interviewee, Jumat Prestatif Sebagai Pengembangan Mahasiswa. [Interview]. 6 Mei 2019.

[6] A. Purwadianto, Soetedjo, S. Gunawan, Y. Budiningsih, . P. Prawiroharjo and A. Firmansyah, Kode Etik Kedokteran Indonesia, Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia, 2012.

[7] Dulkhalim, N. Kusbandini, M. Sabar, B. F. Cahyono, N. S. Harpanti, A. E. Widayanti and T. Kuncoro, Pedoman Pendidikan Program Diploma, Sarjana, dan Profesi Universitas Jember, Jember: UPT Penerbitan Universitas Jember, 2017.

Share This